Blangkon Model Jogja

Blangkon Model Jogja

Saat ini blangkon memang sangat familiar di kalangan anak muda. Tak dipungkiri lagi banyak anak muda yan memakai blangkon. Blangkon, sebagai bagian dari satu kesatuan pakaian lelaki dan yang merupakan unsur perlengkapan kebudayaan Jawa. Kelengkapan Jawa yang dimaksud adalah yang melekat pada tubuh manusia Jawa.

Blangkon terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar, ukuran kain ikat kepala selebar 105 cm x 105 cm. Yang dipergunakan hanya separoh kain tersebut. Ukuran blangkon diambil dari jarak antara garis lintang dari telinga kana dan kiri melalui dahi dan melaui atas. Pada umumnya bernomor 48 paling kecil dan 59 paling besar. Berdasarkan cerita tutur, penggunaan separuh kait iket/udeng berkait dengan adanya masa krisis ekonomi akibat perang. Sebagai langkah efisiensi Keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang menggunakan separoh dari biasanya. Maka terciptalah bentuk penutup kepala yang permanen dengan kain yang lebih hemat. Dahulu iket tidak permanen, seperti sorban, yang senantiasan diikatkan pada kepala.

Blangkon gaya Jogja memiliki mondolan di bagian belakang. Pasalnya, jaman dulu para kaum Adam Jogja cenderung memanjangkan rambut. Sehingga ketika diikat, rambut panjang perlu digelung ke atas dan dibungkus ikatan kain. Kemudian berkembanglah menjadi blangkon yang sekarang.

Orang yang bijak akan mampu tersenyum dan tertawa meskipun hatinya menangis. Ia hanya memikirkan bagaimana berbuat baik terhadap sesama, meski diri sendiri menjadi korbannya.

Mondolan juga erat kaitannya dengan filosofi orang Jawa yang diharapkan pandai menyimpan rahasia. Tidak mudah membuka aib, baik aib diri sendiri maupun orang lain. Halus dalam berbicara dan bertingkah laku lembut serta berhati-hati sebagai wujud keluhuran budi pekerti.



No comments:

Post a Comment

Blangkon Model Jogja

Blangkon Model Jogja Saat ini blangkon memang sangat familiar di kalangan anak muda. Tak dipungkiri lagi banyak anak muda yan memakai b...